hanya sekedar coretan di layar desktopmu

Tuesday 26 April 2016

Kongres HMI untuk Harapan Masyarakat Indonesia

16:47:00 Posted by fathur alrahman
Jika kita menganalogikan organisasi sebagai miniatur sebuah Negara, sudah pasti tidak dapat lepas dari sebuah gawai demokrasi. Bila di Negara tercinta kita, pesta demokrasi dilaksanakan 5 (lima) tahun sekali maka pesta demokrasi di HMI dilaksanakan setiap 2 (dua) tahun sekali. Agenda kongres yang direncanakan dibuka secara langsung oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 22 November di kota Pekanbaru Riau ini merupakan agenda besar organisasi, selain sebagai agenda permusyawaratan untuk melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan di HMI juga klimaks dari kongres adalah merumuskan formulasi-formulasi baru untuk menjawab tantangan kekinian yang dihadapi bangsa.
Pasca Kongres/Muktamar Muhammadiyah mengkonstruksi konsepsi kemajuan dan NU mengutarakan distribusi konsepsi terhadap islam nusantara pada tahun 2015 ini, tibalah saat untuk HMI memberikan konstribusi dan konsepsi terhadap kemajuan islam nusantara melalui forum kongres. HMI sebagai anak kandung umat islam dan juga sebagai integral dari keluarga besar bangsa harus memposisikan diri sebagai kawah candradimuka. Indonesia membutuhkan inovasi di berbagai bidang, sehingga mampu menjadi bangsa yang lebih maju dan lebih baik.
Arena kongres menjadi langkah untuk introspeksi pada bagian-bagian internal HMI secara menyeluruh, dinamisasi di dalam tubuh HMI kiranya dapat diterjemahkan dalam konteks kekinian sehingga wacana-wacana yang membiaskan tidak lagi menjadi penjebak, terlebih lagi di nina bobokan nostalgia kebesaran sejarahnya masa lalu. Akan berbahaya bila HMI semakin pulas tertidur, indikasi ini dibuktikan dengan gerakan HMI relatif tidak terlihat dan (walaupun ada) cenderung sendiri-sendiri.
Dari ribuan kader dan anggota yang datang bertamu ke kota Pekanbaru, tentu dengan muatan ribuan ide, ribuan gagasan, dan dengan ribuan kepentingan pula, dari sekian banyak ribuan-ribuan itu bukan perkara sukar untuk merumuskan gerakan-gerakan pembaharuan untuk HMI, namun bila dengan ribuan gagasan yang gentayangan di arena kongres tidak didukung mediasi, konkritifitas, dan transparansi, maka misi-misi perubahan yang dibawa masing-maing kader dan anggota jauh-jauh dari daerah asalnya akan menguap sia-sia.
Kota Pekanbaru, Riau yang mendapat kehormatan menjadi tuan rumah kongres ke dua kalinya (setelah 1992) akan menjadi pusat perhatian dari sebagian besar kader, anggota, dan juga alumni HMI di seluruh nusantara, berangkat dari hal itulah kota Pekanbaru dituntut kesiapannya untuk memfasilitasi sebuah organisasi perkaderan dengan jumlah kader dan anggota dari seluruh nusantara, dengan ribuan kader HMI yang datang bertamu semoga saja masa-masa kelam dinamika kongres sebelumnya tidak terulang kembali, namun jika skenario yang penulis sebutkan kembali terulang di Pekanbaru, dapat dipastikan distorsi intelektual dan kesadaran kader tentang “saling memiliki” terhadap HMI telah jatuh ke titik nadir.
Otokritik dalam kondisi bagaimanapun dan situasi apapun menjadi penting dilakukan oleh HMI, dengan otokritik hijab-hijab yang membatasi HMI memandang noda-noda dan aib diri sendiri semakin jelas, menerangkan kondisi sebenarnya dari HMI dalam posisi dan situasi yang sebenarnya sedang dihadapi apakah solid ataukah semakin rapuh. Ketika semuanya semakin jelas, kebijakan-kebijakan strategis yang perumusannya dituntut membutuhkan kajian kekinian akan semakin mantap untuk ditapaki, karena sebelum mulai melangkah pada komunitas yang lebih besar (masyarakat Indonesia), restorasi HMI harus dimulai sedari diri sendiri.
Lagi dan lagi, kongres ini seharusnya tidak hanya memberi harapan baru bagi komunitas keluarga besar HMI tetapi juga bagi kita semua rakyat Indonesia. Semoga kongres ini mengembalikan HMI (Harapan Masyarakat Indonesia) versi Jenderal Sudirman pada track yang seharusnya. Harapan ini menjadi absolut bila kita mematrikan dalam hati masing-masing bahwa Lafran Pane dan kawan-kawan membidani HMI bukan untuk menjadi milik seseorang atau sekelompok orang, melainkan menjadi aset berharga untuk bangsa Indonesia.
Selamat berkongres, selamat berdinamika untuk sahabat-sahabat HMI se tanah air, semoga dapat melahirkan gagasan-gagasan yang mampu menempatkan HMI menjadi wadah perubahan bagi bangsa ini, mewujudkan HMI yang dinamis dan tetap mengambil peran dalam pembangunan bangsa, melahirkan imam yang bertanggung jawab serta total dalam melaksanakan tugas-tugas kelembagaan di HMI, mengghidupkan kembali dinamika gerakan yang hari ini relatif meredup, menjadikan silaturahim sebagai lahan strategis merumuskan solusi dari permasalahan di areal jajahan masing-masing, dan menciptakan suasana konsolidasi dengan semangat kekeluargaan. Jayalah HMI, jayalah bangsa. Allahuakbar . . . . . . . . . . . . . . .