hanya sekedar coretan di layar desktopmu

Tuesday 26 April 2016

independensi. masihkah???

16:55:00 Posted by fathur alrahman
Sebagai masyarakat menengah (midle class), mahasiswa tentu mempunyai daya tarik tersendiri. Mahasiswa bisa turun ke low class (baca: akar rumput) , dan juga memiliki pengaruh pada hight class (baca: arus atas). Karena posisinya di tengah-tengah ini pula, mahasiswa terkadang terjebak ke dalam sebuah pragmatisme. Mahasiswa cenderung memilih jalan ke atas, bukan ke bawah. Karena di atas lebih menjamin kehidupan masa depannya.
 
Berkaca pada hal di atas, yang menjadi underbow mahasiswa hingga menempati posisi yang sangat strategis antar arus atas dan akar rumput adalah independensi. independensi lah yang menjadi jembatan mahasiswa untuk
menjebatani antar dua arus di atas. akan berbeda bila independensi sudah bukan menjadi ghiroh kejuangan, sudah bukan lagi menjadi ruh, dan sudah bukan lagi menjadi pijakan mahasiswa maka moral force (kontrol sosial) yang selama ini melekat pada pelajar beralmamater itu sudah selayaknya ditanggalkan.
 
Hal yang menghantui alam pikir penulis hingga tulisan ini dibuat karena sebuah pertanyaan kecil. APAKAH MAHASISWA MASIH INDEPENDEN? Mengingat saat ini juga telah banyak mahasiswa yang terjun dalam dunia politik praktis. Menjadi simpatisan adalah hak setiap orang, termasuk mahasiswa. Mendukung partai tertentu juga menjadi hak setiap orang, juga mahasiswa. Tapi, bolehkah seorang mahasiswa menjadi kader di dalamnya? Bergerak dalam tataran politik praktis? Bukankah gerakan moral yang menjadi wadah gerakan ataupun organisasi mahasiswa  ditentukan oleh independensinya. Kalau mahasiswa sudah berada dalam lingkaran politik praktis, dalam hal ini berafiliasi (penghubungan) pada partai poltik berarti mahasiswa sudah tidak independen lagi. Kalau begitu jelas bukan sebagai kekuatan moral lagi.
 
Di sisi lain, organisasi mahasiswa semacam HMI, GMNI, PMII, IMM, KAMMI, FMN dan lain lain mempunyai banyak kader dan anggota. Hal ini cukup riskan menjelang 9 Juli. Mahasiswa sebagai pemilih pemula mempunyai pengaruh signifikan untuk menambah suara pemenangan Presiden. Hampir 30% suara pemilih pemula ikut andil dalam ritual 5 tahunan sekali yang kebetulan jatuh tempo pada 9 Juli mendatang.
 
Sejatinya, Peran mahasiswa masih dibutuhkan oleh masyarakat. Tapi bagaimana kalau mahasiswa sudah tidak menjunjung independensinya lagi. Mungkinkah terdapat penyikapan yang berbeda terhadap independensi yang ada? Jangan-jangan tiap mahasiswa punya definisi independensi sendiri-sendiri?
 
Klimaksnya, tugas mahasiswa sebagai agent of change dan social control yang menjadi jargon sakral tidak akan pernah berguna bila ia tidak bersinggungan dengan Independensi. jangan pertanyakan masih perlukah independensi di tengah budaya hedonis dan prakmatis para mahasiswa dewasa ini. dan jangan tujukkan independensi semu karena sudah seyoganya gerakan mahasiswa harus bisa menjaga independensi gerakannya untuk tidak terlibat dalam politik praktis. Mahasiswa dalam pergerakannya haruslah tetap murni dan tidak terkotori.